Selasa, 19 Mei 2015

BAHTSUL MASAIL 010



Pertanyaan Ke-028 :

Bagaimana hukumnya berhubungan suami istri di malam hari tapi mandinya setelah masuk waktu shubuh ?

Jawaban :

Diperbolehkan berhubungan intim antara suami dan istri pada malam hari bulan Romadhon sebagaimana disebutkan Al-Qur’an Surat A-Baqoroh Ayat 187 :

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (187)

Diperbolehkan mandi junub pada bulan Romadhon setelah masuk waktu sholat shubuh. Tapi hukumnya makruh. Disunahkan mandi junub bagi orang puasa sebelum fajar, yaitu sebelum waktu shubuh. Hal ini dijelaskan di dalam Kitab Nihayatul Muhtaj Juz II hal. 178 :

( وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَغْتَسِلَ مِنْ الْجَنَابَةِ ) وَالْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ ( قَبْلَ الْفَجْرِ ) لِيُؤَدِّيَ الْعِبَادَةَ عَلَى الطَّهَارَةِ وَلِيَخْرُجَ مِنْ خِلَافِ أَبِي هُرَيْرَةَ الْقَائِلِ بِوُجُوبِهِ

Rosululloh saw sendiri pernah melakukan mandi junub setelah masuk waktu shubuh sebagaimana diterangkan dalam hadits Bukhori Muslim :
عن عائشة وأم سلمة : ان رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يصبح جنبا من جماع غير احتلام ثم يصوم في رمضان






Pertanyaan Ke-029:

Apakah menelan ludah dapat membatalkan puasa ?

Jawaban :

                Menelan ludah yang bersih dari percampuran sesuatu, seperti bekas-bekas makanan ataupun lainnya, tidaklah membatalkan puasa. Sengaja menelan ludah yang bercampur dengan sisa-sisa makanan dapat membatalkan puasa. Jika seseorang tidak dapat membedakan apakah ludah tersebut bercampur atau tidak, dan tidak kuasa melepehkannya maka tidak membatalkan puasa. Demikian juga jika datang riak dan tidak mungkin dia menahannya kemudian tertelan, tidaklah juga membatalkan puasa.

                Hal ini dijelaskan dalam Kitab Hasyiyah Dimyathi Ala Syarhi Sittina Masalah. Demikian juga diterangkan dalam kitab Al Iqna’ halaman 388 :

ولو بقي طعام بين أسنانه فجرى به ريقه من غير قصد لم يفطر إن عجز عن تمييزه ومجه لأنه معذور فيه غير مفرّط، ولو أوجر كأن صب ماء في حلقه مكرهاً لم يفطر، وكذا إن أكره حتى أكل أو شرب لأن حكم اختياره ساقط، وإن أكل ناسياً لم يفطر وإن كثر لخبر الصحيحين "مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ".






Pertanyaan Ke-030 :

Apakah nyamuk yang masuk ke dalam mulut dapat membatalkan puasa ?


 
Jawaban :

Sesuatu yang masuk ke dalam mulut yang secara tidak sengaja atau terpaksa yang tidak dapat dihindari, maka tidak membatalkan puasa, seperti menelan debu yang beterbangan, menelan nyamuk yang tiba-tiba masuk mulut, dll. Jika ada unsur kesengajaan seperti sengaja membuka mulut maka dapat membatalkan puasa.

Masalah ini dijelaskan dalam Kitab Hasyiyah Jamal Juz 8 Hal 187 (Maktabah syamilah) :

( قَوْلُهُ : لِعُسْرِ التَّحَرُّزِ عَنْهُ ) أَيْ فِي الْأَخِيرَيْنِ أَيْ شَأْنُهُ ذَلِكَ ، وَقَوْلُهُ : أَوْ لِعَدَمِ تَعَمُّدِهِ أَيْ فِي الْأَوَّلَيْنِ فَلَوْ تَعَمَّدَ فَتْحَ فِيهِ حَتَّى دَخَلَ الذُّبَابُ أَوْ الْبَعُوضُ جَوْفَهُ ضَرَّ تَأَمَّلْ .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar