Senin, 25 Mei 2015

AL KISAH 006: MBAH MUQOYYIM : PEJUANG ISLAM DAN PERINTIS PESANTREN DI CIREBON

AL KISAH 006



MBAH MUQOYYIM :
PEJUANG ISLAM DAN
PERINTIS PESANTREN DI CIREBON

Maqbaroh Mbah Muqoyyim di Desa Tuk Pesawahan Sindanglaut Cirebon banyak dikunjungi peziarah. Hal ini karena jasa beliau yang sangat besar dalam memperjuangkan Islam di Nusantara khususnya wilayah Cirebon. Beliau masih turunan Syarif Hidayatulloh Sunan Gunung Jati dari Jalur Pangeran Pasarean. Beliau dilahirkan pada saat kolonial Belanda mencengkram kuat kesultanan Cirebon.
Sejak kecil beliau tidak mengenyam pendidikan formal. Dikatakan bahwa beliau mendapatkan ilmu secara ladunni. Setelah beliau terkenal kealimannya, maka diangkatlah menjadi Mufti di Kesultanan Cirebon. Beliau mengarang beberapa kitab tentang fiqih, tashowuf, tauhid, dan lain-lain yang dikirimkan kepada Sultan untuk dijadikan rujukan umat Islam di Cirebon.
Di samping itu Mbah Muqoyyim terkenal dengan kesaktiannya atau ilmu kanuragan. Pernah terjadi wabah tho'un (kolera) yang melanda Cirebon. Dengan izin Allah beliau dapat mengatasinya.
Beliau terkenal dengan budi pekertinya yg mulia. Ia tidak memandang siapa lawan bicaranya, semuanya dianggap sama dan dihormati. Perilakunya sopan dan tutur katanya halus. Istri beliau adalah putri dari Kyai Entol Rujitnala bin Pangeran Luwung.
Ada kisah menarik tentang pernikahan beliau.  Al kisah daerah Setu dan sekitarnya sering dilanda banjir. Disebabkan meluapnya Sungai Nanggela setiap musim hujan. Kyai Entol selaku tokoh masyarakat berusaha membuat bendungan tapi selalu gagal dan jebol. Akhirnya dibuatlah sayembara. Barangsiapa yang mampu membuat bendungan setu akan dinikahkan dengan putrinya yang bernama Nyai Randulawang.
Mbah Muqoyyim mendengarkan sayembara tersebut. Beliau tertarik mengikuti sayembara dengan tujuan membantu korban banjir. Dengan kesantunannya beliau mengajak Kyai Entol untk membantu, karena beliau tidak ingin mempermalukan kesaktian Kyai Entol di hadapan masyarakat.
Beliau mengeluarkan seutas tali dari kantong jubahnya. Dibentangkan sepanjang bendungan. Kemudian bendungan itu dipatok yang antara patok satu dengan patok lainnya dilingkari oleh benang. Dengan sekali hentakan dengan munajat kepada Allah swt. Tiba-tiba terjadi peristiwa menakjubkan.
Benang yang melingkar berubah menjadi bendungan koral yang kokoh dan tidak mudah terpecahkan sehingga penduduk Setu pun terhindar dari bencana banjir. Dinamailah bendungan itu dengan nama SETU PATOK (Sebelah timur kota Cirebon). Beliau akhirnya dinikahkan dengan Nyai Randulawang.
Belanda mulai mengintervensi urusan kesultanan, hal ini membuat Mbah Muqoyyim gerah dan tidak betah di Keraton. Beliau mulai memberikan perlawanan. Beliau menyingkir dan membuat Pesantren di Buntet Lama (sebelah utara Pesantren Buntet yang sekarang). Belanda mengetahui keberadaan pesantren beliau. Dihancurkanlah pesantren tersebut.
Beliau berhasil menyelamatkan diri dengan bantuan Kyai Ardi Sela. Beliau dengan keluarga dan santri-santrinya mengungsi ke daerah Tuk Pesawahan Sindanglaut. Beliau dan rombongannya disambut oleh adik beliau yang bernama Kyai Isma'il. Di sinilah beliau mulai mendirikan masjid.
Beliau menyuruh santrinya "Jukuten bae jati ning kulon. Sa wit bae." "Ambillah Jati di arah sebelah barat Satu Pohon (SA WIT) saja". Daerah tersebut akhirnya dinamakan JATISAWIT. Artinya Jati Satu Pohon. Beliau mendirikan tajug dan di sampingnya ada sumberan mata air (bahasa jawanya: TUK). Daerah tersebut akhirnya dinamakan DESA TUK.
Sumber mata air tersebut sampai sekarang masih terkenal di mata masyarakat karena barokahnya (dengan izin Allah swt) berkhasiat dapat mengobati pasangan yg terkena BENGKENG atau tidak harmonis. Sehingga sumber air tersebut terkenal dengan sebutan MUARA BENGKENG.
Pesantren yang didirikan oleh Mbah Muqoyim menjadi tempat penggembelengan ajaran Islam sekaligus basis perlawanan terhadap Belanda. Di antara santrinya adalah Pangeran Muhammad Khaerudin dari Kesultanan Cirebon yang menolak campur tangan Belanda. Awalnya Sang Pangeran bersembunyi di Gua Sunyaragi terus bergabung dengan Mbah Muqoyyim untuk memperjuangkan Islam. (Disadur dari berbagai Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar