Selasa, 19 Mei 2015

AL KISAH 003: SITI QUROISYIN (2 DARI 3)



SITI QUROISYIN (KE-2 DARI 3)
 
Pada suatu ketika, Sayyidina Hamzah ikut dalam Perang Uhud. Pada mulanya kaum muslimin menang gemilang. Kaum kafir lari tunggang langgang. Melihat kemenangan tersebut, pasukan panah muslimin yang ada di atas bukit Uhud turun bukit. Padahal Rosul saw berpesan agar pasukan panah jangan turun sebelum ada komando untuk turun. Setelah melihat kosongnya bukit Uhud.
 
Pasukan berkuda kafir Quraisy yang dipimpin oleh Kholid bin Walid (sebelum masuk Islam) memutar haluan menuju bukit Uhud dari arah belakang. Setelah mengambil alih bukit, mereka menyerbu kaum muslimin dari arah atas. Pasukan Islam panik dan kacau. Rosululloh Saw berdarah-darah dari ujung kepala sampai kaki. Para shohabat mengelilingi membentengi Rosululloh saw. Berkorban untuk membela Sang Nabi.
 
Dalam pasukan kafir ada seorang budak yang dibayar untk membunuh Sayyidina Hamzah. Namanya Wahsyi. Dia diperintahkan oleh Hindun untuk mengambil jantung dari Ayah Siti Quraisyin yaitu Sayyidina Hamzah. Hindun sangat dendam dengan beliau karena beliaulah yg membunuh saudara laki-laki Hindun pada waktu Perang Badar.
 
Dengan mengendap-endap Wahsyi menusuk Sayyidina Hamzah dari arah belakang. Jatuhlah beliau gugur sebagai Syahid. Sayyidusy Syuhada. Dicabik-cabiklah tubuh Sayyidina Hamzah. Disobeklah dada beliau dan diambil jantungnya. Jantung yang masih panas diserahkan kepada Hindun istri Abu Sufyan. Dikunyah-kunyah, karena pahit dilepehkan lagi. Kedengkian yang begitu dalam membuat orang bisa berbuat sadis. Rasulullah saw sangat terpukul atas gugurnya paman terkasih beliau. Beliau menangis dan menguburkan Sayyidina Hamzah di kaki bukit Uhud.
 
Singkat cerita beberapa tahun kemudian setelah perang uhud. Ada rombongan musafir yang datang. Rasulullah saw menyambut kedatangan Musafir tersebut di Kota Madinah. Dalam rombongan, Ada seorang pengemis yang meminta pena (pulpen) yang dibawa oleh Rasulullah saw tersebut. Pena tersebut sering digunakan oleh Rasulullah saw untuk menulis surat penting atau menulis wahyu yang turun. Salah satu juru tulis yang sering diperintah Rasulullah saw adalah Sayyidina Ali. Oleh Rasulullah saw pena tersebut diberikan kepada sang pengemis. Pantang bagi Rasulullah saw menolak permintaan orang.
 
Di tengah perjalanan sang pengemis bertemu dengan Sayyidina Ali. Beliau melihat pengemis tersebut membawa pena yang sama persis dengan yang dimiliki Kanjeng Rasul. Apalagi Sayyidina Ali adalah juru tulis wahyu Kanjeng Rasul jadi paham betul dengan penanya. Dimintalah pena tersebut untuk dikembalikan kepada Kanjeng Rasul. Setelah bertemu Rasul diberikanlah pena tersebut. Maka Rasul pun dengan keras menegur Sayyidina Ali bahwa pena tersebut sudah disedekahkan. Sayyidina Ali segera mengejar sang pengemis. Sampailah di negeri Azraq, negara Jin.
 
Negara Jin seperti Azraq adalah berdampingan dengan manusia cuma beda dimensi. Diumpamakan dengan asap. Manusia yang masuk dunia Jin ibarat masuk ke dalam asap. Ia akan sesak nafas tidak kuat. Begitu pula sebaliknya. Namun ada orang tertentu atau jin-jin tertentu yang diberi kamampuan untuk dapat melintas antar dimensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar