Pertanyaan Ke-001 :
Bagaimana hukumnya perempuan yang haid sedangkan
rambutnya rontok ? Apakah rambut yang rontok tersebut wajib dibasuh ?
Jawaban :
Ketika Mandi junub seluruh tubuh bagian dzohir baik kulit maupun
rambut wajib disiram dengan air yang suci lagi mensucikan. Hal ini dijelaskan
dalam Kitab Hadits Shohih Bukhori, hadits ke-249
حدَّثنا
عبدُاللَّهِ بنُ يوسُفَ قال: أخبرَنا مالكٌ عنِ هشامٍ عن أبيهِ عن عائشةَ زَوجِ
النبيِّ صلى الله عليه وسلّم أَنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم كان إذا اغْتَسَلَ
منَ الجَنابةِ بَدأ فغَسَلَ يدَيهِ، ثمَّ يتوَضَّأُ كما يَتوضَّأ للصلاةِ، ثمَّ
يُدخِلُ أَصابِعَهُ في الماءِ فيُخَلِّلُ بها أُصولَ شَعرِه، ثمَّ يَصُبُّ عَلَى
رَأْسهِ ثلاث غُرَفٍ بيدَيهِ، ثمَّ يُفيضُ عَلَى جِلدِهِ كلِّهِ
Juga
dijelaskan di dalam Kitab Kifayatul Akhyar Juz I Halaman 43 :
( وإيصال الماء إلى أصول الشعر والبشرة )
يجب
استيعاب البدن بالغسل شعرا وبشرا سواء قل أو كثر وسواء خف أو كثف وسواء شعر الرأس
والبدن وسواء أصوله أو ما استرسل منه قال الرافعي لقوله صلى الله عليه وسلم
(
تحت كل شعرة جنابة فبلوا الشعور وأنقوا البشرة )
Tentang rambut yang terpotong, Imam Ghozali menjelaskan dalam
Kitab Ihya Ulumiddin Jilid 2 Halaman 37 :
قالت عائشة رضي
الله عنها: «كان النبـي ينام جنباً لم يمس ماء» ومهما عاد إلى فراشه فليمسح وجه
فراشه أو لينفضه، فإنه لا يدري ما حدث عليه بعده، ولا ينبغي أن يحلق أو يقلم أو
يستحد أو يخرج الدم أو يبـين من نفسه جزءاً وهو جنب، إذ ترد إليه سائر أجزائه في
الآخرة فيعود جنباً،
Dari penjelasan tersebut, diperoleh keterangan, bahwa Nabi tidak mencukur
rambut kalau beliau sedang punya junub. Maka kita sebagai umatnya hendaknya
mengikutinya. Adapun jika rontok tanpa sengaja dan tidak disadarinya, maka
tidak ada dampak hukum dosa. Adapun jika rontoknya itu disadari dan diketahui, maka
sebagai ihtiyath (kehati-hatian), hendaknya dikumpulkan dan dibasuh bersamaan
saat mandi junub.
Pertanyaan Ke-002 :
Bagaimana caranya berwudhu atau tayammum bagi
orang yang anggota diperban ?
Jawaban :
Bagi
orang yang diperban pada bagian anggota wudhu maka ada 2 tahapan :
1.
Berwudhu
terlebih dulu pada seluruh anggota wudhu yang memungkinkan.
2.
Dilanjutkan
ditambal dengan tayammum pada wajah dan tangan.
Apakah sholatnya wajib diqodho ? maka ada 2
kemungkinan :
1.
Jika
ketika meletakkan perban dalam keadaan suci memiliki wudhu, maka sholatnya
tidak perlu diulang.
2.
Jika
ketika meletakkan perban dalam keadaan batal wudhu (berhadats), maka sholatnya
bersifat hurmatil waqti (Sholat karena menghormati waktu) dan wajib diqodho
pada saat perbannya sudah dilepas.
Keterangan
ini dijelaskan dalam beberapa kitab antara lain:
1.
Kitab
Bughyatul Mustarsyidin Juz 1 halaman 29 :
(مسألة
ش) : تيمم ذي الجبيرة يبطل بالبرء ، فيجب غسل العضو وما بعده ، فلو صلى حينئذ
جاهلاً بالبرء لزمه إعادة كل صلاة تيقنها بعده ، كما لو صلى بنجاسة ، إذ لا عبرة
بالظنّ البين خطؤه.
2.
Kitab
Al-Bajuri Juz 1 halaman 97 :
(و
يتيمم) صاحب الجبائر في وجهه و يديه كما سبق (و يصلي و لا اعادة عليه ان كان
وضعها) اي الجبائر (على طهر) و كانت في غير اعضاء التيمم و الا اعاد
3.
Kitab
I’anatuth Tholibin Juz 1 Halaman 57-58 :
وإذا امتنع استعماله في عضو وجب تيمم وغسل صحيح ومسح كل الساتر الضار
نزعه بماء ولا ترتيب بينهما لجنب أو عضوين فتيممان ولا يصلي به إلا فرضا واحدا
4.
Kitab
Tausikh ‘Ala Ibni Qosim halaman 75 dalam masalah Shohibul Jabair.
Pertanyaan Ke-003 :
Bagaimana hukumnya bertayammum dengan tembok ?
Jawaban :
Tidak
sah bertayammum dengan tembok karena biasanya tidak mengandung tanah berdebu
(Turob). Kecuali jika temboknya mengandung tanah berdebu (dapat terbang
berhamburan ketika ditepuk).
Hal
ini berdasarkan keterangan dari Kitab I’anatuth Tholibin Juz 1 halaman 57 :
(
تتمة ) يتيمم عن الحدثين لفقد ماء أو خوف محذور من استعماله بتراب طهور له غبار
Tidak ada komentar:
Posting Komentar