Selasa, 19 Mei 2015

BAHTSUL MASAIL 001



Pertanyaan Ke-001 :

Bagaimana hukumnya perempuan yang haid sedangkan rambutnya rontok ? Apakah rambut yang rontok tersebut wajib dibasuh ?

Jawaban :

Ketika Mandi junub seluruh tubuh bagian dzohir baik kulit maupun rambut wajib disiram dengan air yang suci lagi mensucikan. Hal ini dijelaskan dalam Kitab Hadits Shohih Bukhori, hadits ke-249

حدَّثنا عبدُاللَّهِ بنُ يوسُفَ قال: أخبرَنا مالكٌ عنِ هشامٍ عن أبيهِ عن عائشةَ زَوجِ النبيِّ صلى الله عليه وسلّم أَنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلّم كان إذا اغْتَسَلَ منَ الجَنابةِ بَدأ فغَسَلَ يدَيهِ، ثمَّ يتوَضَّأُ كما يَتوضَّأ للصلاةِ، ثمَّ يُدخِلُ أَصابِعَهُ في الماءِ فيُخَلِّلُ بها أُصولَ شَعرِه، ثمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسهِ ثلاث غُرَفٍ بيدَيهِ، ثمَّ يُفيضُ عَلَى جِلدِهِ كلِّهِ

Juga dijelaskan di dalam Kitab Kifayatul Akhyar Juz I Halaman 43 :
( وإيصال الماء إلى أصول الشعر والبشرة )
يجب استيعاب البدن بالغسل شعرا وبشرا سواء قل أو كثر وسواء خف أو كثف وسواء شعر الرأس والبدن وسواء أصوله أو ما استرسل منه قال الرافعي لقوله صلى الله عليه وسلم
( تحت كل شعرة جنابة فبلوا الشعور وأنقوا البشرة )

Tentang rambut yang terpotong, Imam Ghozali menjelaskan dalam Kitab Ihya Ulumiddin Jilid 2 Halaman 37 :

قالت عائشة رضي الله عنها: «كان النبـي ينام جنباً لم يمس ماء» ومهما عاد إلى فراشه فليمسح وجه فراشه أو لينفضه، فإنه لا يدري ما حدث عليه بعده، ولا ينبغي أن يحلق أو يقلم أو يستحد أو يخرج الدم أو يبـين من نفسه جزءاً وهو جنب، إذ ترد إليه سائر أجزائه في الآخرة فيعود جنباً،

Dari penjelasan tersebut, diperoleh keterangan, bahwa Nabi tidak mencukur rambut kalau beliau sedang punya junub. Maka kita sebagai umatnya hendaknya mengikutinya. Adapun jika rontok tanpa sengaja dan tidak disadarinya, maka tidak ada dampak hukum dosa. Adapun jika rontoknya itu disadari dan diketahui, maka sebagai ihtiyath (kehati-hatian), hendaknya dikumpulkan dan dibasuh bersamaan saat mandi junub.


Pertanyaan Ke-002 :

Bagaimana caranya berwudhu atau tayammum bagi orang yang anggota diperban ?

Jawaban :

Bagi orang yang diperban pada bagian anggota wudhu maka ada 2 tahapan :
1.       Berwudhu terlebih dulu pada seluruh anggota wudhu yang memungkinkan.
2.       Dilanjutkan ditambal dengan tayammum pada wajah dan tangan.

Apakah sholatnya wajib diqodho ? maka ada 2 kemungkinan :

1.       Jika ketika meletakkan perban dalam keadaan suci memiliki wudhu, maka sholatnya tidak perlu diulang.
2.       Jika ketika meletakkan perban dalam keadaan batal wudhu (berhadats), maka sholatnya bersifat hurmatil waqti (Sholat karena menghormati waktu) dan wajib diqodho pada saat perbannya sudah dilepas.

Keterangan ini dijelaskan dalam beberapa kitab antara lain:

1.       Kitab Bughyatul Mustarsyidin Juz 1 halaman 29 :
(مسألة ش) : تيمم ذي الجبيرة يبطل بالبرء ، فيجب غسل العضو وما بعده ، فلو صلى حينئذ جاهلاً بالبرء لزمه إعادة كل صلاة تيقنها بعده ، كما لو صلى بنجاسة ، إذ لا عبرة بالظنّ البين خطؤه.
2.       Kitab Al-Bajuri Juz 1 halaman 97 :
(و يتيمم) صاحب الجبائر في وجهه و يديه كما سبق (و يصلي و لا اعادة عليه ان كان وضعها) اي الجبائر (على طهر) و كانت في غير اعضاء التيمم و الا اعاد
3.       Kitab I’anatuth Tholibin Juz 1 Halaman 57-58 :
وإذا امتنع استعماله في عضو وجب تيمم وغسل صحيح ومسح كل الساتر الضار نزعه بماء ولا ترتيب بينهما لجنب أو عضوين فتيممان ولا يصلي به إلا فرضا واحدا
4.       Kitab Tausikh ‘Ala Ibni Qosim halaman 75 dalam masalah Shohibul Jabair.







Pertanyaan Ke-003 :

Bagaimana hukumnya bertayammum dengan tembok ?

Jawaban :

Tidak sah bertayammum dengan tembok karena biasanya tidak mengandung tanah berdebu (Turob). Kecuali jika temboknya mengandung tanah berdebu (dapat terbang berhamburan ketika ditepuk).

                Hal ini berdasarkan keterangan dari Kitab I’anatuth Tholibin Juz 1 halaman 57 :

( تتمة ) يتيمم عن الحدثين لفقد ماء أو خوف محذور من استعماله بتراب طهور له غبار



Tidak ada komentar:

Posting Komentar