Tampilkan postingan dengan label AL KISAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AL KISAH. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Juni 2015

AL KISAH 014: SYEKH MAGELUNG SAKTI (KE 2 DARI 5)



SYEKH MAGELUNG SAKTI
MENCARI GURU SYAHADAT
(KISAH KE 2 DARI 5)
 
Di tengah perjalanan tepatnya di Laut Jawa terjadi badai sehingga dua buah kapal rombongan Syarif Syam tercerai. Satu kapal terdampar jauh di Gresik Surabaya. Sedangkan satu kapal lagi yang ditumpangi Syarif Syam berhasil mendarat di pantai utara Cirebon.
 
 Illustrasi Badai di Lautan
 
Syarif Syam melanjutkan perjalanan hingga sampai di sebuah kebun gayam. Beliau melihat ada seorang laki-laki yang sedang membentongi (mengupas) buah gayam untuk diambil isinya. Lelaki tersebut dikenal dengan nama Syekh Bentong karena pekerjaannya yaitu mem"bentong"i buah gayam.
 
 Kompleks Makam Syekh Bentong di Karawang

Syarif Syam bertanya pada Syekh Bentong, "Hai Aki di mana tempatnya Awliya Cirebon dan ke mana arahnya?"
 
Syekh Bentong menjawab "Arah Cirebon ke selatan. Di situlah kediaman para wali. Kalau anda dari mana, siapa namanya dan ada keperluan apa?",
 
Syarif Syam menjawab "Saya berasal dari negara Syam, Syarif Syam namaku. Saya mau berguru syahadat kepada Wali Cirebon dan yang bisa memotong rambutku. Sungguh aku akan mengabdi kepadanya. Saya juga membawa kitab 2 kapal untk mengkaji perihal ilmu".
 
Ki Bentong berkata "Itu kitab 2 perahu. Bagaimana membacanya? Bagi orang jawa mengerti Bacaan Syahadat saja itu sudah terhitung dho'if".

AL KISAH 013: SYEKH MAGELUNG SAKTI (KE 1 DARI 5)



SYEKH MAGELUNG SAKTI
MENCARI GURU SYAHADAT
(KISAH KE 1 DARI 5)
  Negeri Syam adalah negeri yang bersejarah dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat Palestina, Yordania, Syiria, Lebanon dan sekitarnya. Banyak Nabi yang dilahirkan, berdakwah, dan wafat di Negeri Syam. Sehingga Negeri Syam pantas dijuluki sebagai Negeri Para Nabi. Negeri ini juga banyak melahirkan orang-orang besar seperti para Ulama, para Raja, dan para Wali.
 
 Negeri Syam Yang Diberkati
 
Pada Suatu masa, di negeri Syam hiduplah seorang turunan Rasulullah saw sebut saja namanya Syarif Syam. Beliau sudah mendalami berbagai macam ilmu agama. Ada ilmu fiqih, tauhid, tasowuf, hadits, tafsir dan sebagainya. Syarif Syam sangat haus akan ilmu pengetahuan. Di samping itu Syarif Syam memiliki rambut yang sangat keras sehingga tidak bisa dipotong walaupun dengan pedang yang sangat tajam.

Pada suatu waktu, Dia mendengar suara hatif (Suara tanpa rupa) yang menyuruhnya untuk mencari guru mursyid yang akan mengajarkan syahadat sejati. Karena banyaknya kitab tidaklah menjamin telah memiliki Ilmu Syahadat Sejati. Guru Mursyid tersebut yang berpangkat Awliya Qutub (Pemimpin Para Wali seluruh dunia). Hatif menyatakan bahwa Guru syahadat itu ada di Cirebon Tanah Jawa. Beliau pulalah yang akan bisa memotong rambutnya.

 
Illustrasi Kapal Tempo Doeloe

Syarif Syam menyiapkan 2 buah kapal untuk melaksanakan ekspedisi mencari Guru Syahadat. Satu kapal berisi kitab-kitab dalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Satu kapal berisi perbekalan dan pasukan pengiring. Berangkatlah rombongan Syarif Syam menuju ke arah Timur. Ke arah Nusantara tepatnya ke Pulau Jawa.

Senin, 01 Juni 2015

AL KISAH 012 : NYI MAS AYU GANDASARI (KE 3 DARI 5)


NYI MAS AYU GANDASARI:
SRIKANDI SYAHADAT
(KISAH KE – 3 DARI 5)
 
Medan Sayembara disiapkan di lapangan Panguragan. Umbul-umbul dan aneka hiasan meramaikan suasana sayembaya. Para peserta sayembara dari 25 negara dan para pengiringnya sudah hadir. Demikian juga rakyat Cirebon dan sekitarnya hadir. Sehingga pinggir lapangan dipenuhi pengunjung.

Bunga Melati : Putih dan Wangi
 
Nyi Mas Ayu Gandasari memasuki arena sayembara yang sudah diberi garis pembatas. Keluarlah seorang putri yang cantik, indah dan gemerlap laksana bidadari yang turun dari surga. Harum semerbak nan wangi tercium bagaikan bau harum bunga melati. Orang-orang dari 25 negara demi melihat sang putri terlongong-longong matanya tidak berkedip.

Nyi Mas Ayu Gandasari menantang para peserta sayembara: "Hai orang-orang 25 negara. Rebutlah tubuhku. Barang siapa yang bisa menangkapnya sungguh jantan. Unggulilah kesaktianku niscaya aku mengabdi kepadanya". Para peserta sayembara dari 25 negara serentak saling berebut mendahului untuk menangkap Sang Putri. Sang Putri siap siaga.

Dengan gugup Ki Gedeng Plered berusaha menangkapnya, sang putri melesat ke atas. Ki Gedeng Plered ditendang jatuh terjengkang. Ki Gedeng Plumbon melambai-lambai sambil merayu "Dinda turunlah sini biar dituntun kakanda. Sepanjang umur kanda siap hidup bersama". Sang Putri turun sambil mendupak Ki Gedeng Plumbon jatuh terjengkang berguling di tanah. Diinjak perutnya yang buncit. Aduuhhh.

Ki Ujung Gebang Pendekar sakti dari Gebang mencoba menubruk Gandasari tapi meleset. Karenanya jatuh tengkurap. Ki Gedeng Kandanggaru menyandak, Gandasari melesat. Ia dikejar sampai pedesaan. Gandasari masuk ke dalam hutan, seluruh dedaunan dan pepohonan yang tersentuh akan berbau harum. Sebab harumnya Nyi Mas Gandasari melebih harumnya bunga atau minyak wangi. Karena tubuhnya harum memakai kembang dari para Aruman (Jin Ifrit).

Dinamakanlah hutan tersebut dengan nama Wanasari (artinya: hutan dengan kembang yang wangi, sekarang ada di Bangodua Indramayu). Gandasari lari ke pesawahan. Ki Gedeng Kandanggaru berusaha memegang tapi tidak kunjung kena. Akhirnya dia terserimpet oleh padi merah lalu jatuh dengan kepala nyungsep ke sawah. Sang Putri Gandasari meledek.

Ki Gedeng pulang karena malu sambil berkata "Jangan sekali-kali anak cucuku menanam padi merah karena aku mendapat malu karena padi merah". Sang Putri kembali ke gelanggang. Orang-orang ramai gegap gempita berjubel-jubel.

Seorang Putra Dalem dari Indramayu yang bernama Satria Indrakusuma meluncurkan anak panah yang diujungnya ada surat cinta kepada Nyi Mas Gandasari. Anak panah dilepaskan, dengan sigap anak panah tersebut ditangkis. Ia mengetahui tulisan yang ada di anak panah tersebut. Sang Putri membalas melepaskan anak panah secepat kilat mengenai tubuh Satria Indrakusuma. Karenanya ia jatuh berguling di tanah dengan disuraki gemuruh. Saking malunya, orang-orang Indramayu semuanya mengundurkan diri. 

AL KISAH 011 : NYI MAS AYU GANDASARI (KE 2 DARI 5)


NYI MAS AYU GANDASARI:
SRIKANDI SYAHADAT
(KISAH KE – 2 DARI 5)

Diceritakan Pangeran Cakrabuana Mbah Kuwusangkan bertapa di bawah pohon. Setelah itu membangun dukuh atau pemukiman yang semua tanam-tanamannya serba jadi. Selanjutnya Pemukiman itu masyhur dengan nama dukuh Panguragan. Dititipkanlah Syarifah Fatimah Gandasari di pemondokannya Mbah Kuwu sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Panguragan.


 Gerbang Depan Makam Nyi Mas Ayu Gandasari 
di Panguragan Cirebon

Nyi Mas Panguragan berguru kepada Kanjeng Sunan Jati. Setelah bai'at syahadat, beliau belajar ilmu syari'at, thoriqot, hakikat, dan ma'rifat. Di samping itu, Nyi Mas Panguragan juga belajar ilmu bela diri, kanuragan dan kesaktian. Pada usia 15 tahun diberi wejangan oleh Sunan Gunung Jati: "Kamu adalah Perempuan. Tapi Kamu akan menjadi Pendekar Awliya".

Nyi Mas Panguragan sudah termasyhur dengan keperwiraan dan kesaktiannya. Beliau juga terkenal dengan kecantikannya, sehingga dipanggil dengan sebutan Nyi Mas Ayu Gandasari. Artinya Wanita yang kecantikannya tidak ada tandingannya dan tubuhnya harum semerbak. Tubuhnya berbau harum bagaikan bunga yang mekar di musim semi. Setiap dia lewat maka keharumannya akan tercium dari kejauhan. Semuanya alami, bukan karena parfum atau minyak wangi.

Banyak para pejabat, para pangeran, para gegedeng, juragan, satria, syah bandar dan orang-orang terpandang dari berbagai negara berdatangan berduyun-duyun kepada Mbah Kuwu untuk melamar Nyi Mas Ayu Gandasari. Sambil menunggu jawaban, mereka membuat pemondokan di Ciebon.

Ki Kuwu berkata kpd Nyi Mas Panguragan: "Putriku Gandasari aku minta kamu supaya mau bersuami, sudah waktunya menikah, mana yang kamu pilih salah seorang yang telah melamar. Ada demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng, ada juga para juragan dan para nakhkoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing. Beritahulah kepada Si Bapak, siapa yang kamu senangi".

Sang Putri Gandasari menjawab: "Rama. Sekarang Sang putri belum suka bersuami. Masih enak mengolah diri (belajar)". Ki kuwu dengan bijak berkata: "Duh bayi. Tidak enak orang jadi kembang bibir. Disebut-sebut namanya oleh tiap orang. Jika engkau tidak segera menikah tentu dirusaklah dukuh Panguragan ini".
 
Ratna Gandasari menjawab: "Baiklah Rama. Hamba mau bersuami dengan syarat bisa mengalahkan hamba. Melebihi kesaktian hamba. Hamba akan mengabdi kepadanya walaupun dia orang melarat. Silahkan Rama adakan sayembara kepada orang-orang dari 25 negara. Siapa yang lebih dahulu menangkap saya. Ia menjadi suami saya. Jika sekarang saya terima lamaran seseorang. Tentu yang lain tidak akan terima. Dengan sayembara ini maka akan adil". 

AL KISAH 010 : NYI MAS AYU GANDASARI (KE 1 DARI 5)


NYI MAS AYU GANDASARI:
SRIKANDI SYAHADAT
(KISAH KE – 1 DARI 5)
 
Nyi Mas Ayu Gandasari adalah seorang Syarifah yang terkenal dengan kecantikan, kesaktian, keilmuan dan kesolehannya. Beliau dididik dan digembleng secara langsung oleh Gusti Sinuhun Gunung Jati. Anak angkat dan Murid kesayangan. Kecantikannya unggul sebuana. Kesaktiannya diakui sejagat. Keilmuannya diakui senusantara. Kesolehannya dipuji oleh para penduduk langit. Dialah Nyi Mas Ratu Ayu Syarifah Fatimah Gandasari.


 Ilustrasi Rencong Aceh: 
Salah Satu Oleh-oleh yang dibawa Nyi Mas Ayu Gandasari 
ketika hijrah ke Cirebon

Terjadilah wabah penyakit tho'un di Negeri Pasai Aceh. Banyak orang yang meninggal dunia dan menderita. Segala upaya sudah dilakukan untuk mengatasinya. Namun selalu menemui kegagalan. Wabah tho'un semakin merajalela. Sang Raja sangat sedih dan prihatin. Ia pun akhirnya membuat Sayembara.

Sayembara itu adalah "Barang siapa yang dapat mengatasi keadaan di Pasai Aceh maka akan dikabulkan permintaannya. Apakah harta, emas, kekuasaan atau apa saja". Banyak tokoh yang mencoba untuk mengikuti sayembara tapi menemui jalan buntu. Akhirnya datanglah Gusti Sinuhun Syarif Hidayatulloh Gunung Jati dari Cirebon yang sedang lewat di Negeri Pasai. Beliau merasa iba dan kasihan dengan kondisi masyarakat Kerajaan Pasai Aceh. Berkat Rahmat Allah swt, Gusti Syarif dapat mengatasi wabah tho'un. Rakyat sehat kembali dan penyakitpun mereda. Rakyat akhirnya dapat hidup dengan aman, damai, dan sejahtera.

Dengan penuh rasa terima kasih Sang Raja menawarkan hadiah sesuai dengan yang dijanjikan. Apa saja yang diminta. Beliau dengan halus menolak semua tawaran tersebut. Beliau hanya minta untuk mengangkat anak bocah perempuan yang sedang diayun-ayun di dalam istana untuk dibawa ke Cirebon beserta Pengasuhnya juga. Permintaan pun dikabulkan.

Raja tersebut adalah Sultan Sayyid Maulana Mahdar Ibrohim ayah dari Sayyid Maulana Fadhilah Khan. Beliau adalah Sultan Aceh yang berkedudukan di Kota Pasai. Sedangkan sang anak terkenal karena memimpin perang mengusir Portugis di Jakarta. Orang-orang Portugis menyebutnya dengan panggilan "Faletehan" dari kata Fadhilah Khan. Sedangkan bocah perempuan tersebut adalah Sang putri raja dan Adik dari Maulana Fadhilah Khan yang bernama Syarifah Fatimah Gandasari.

Selasa, 26 Mei 2015

AL KISAH 009: SAYYID HUSAIN



SAYYID HUSAIN:

Al Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus  

(Habib Keramat Luar Batang)

(wikipedia.com)

 

 


Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya di daerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Ia dilahirkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu dimana sehari-harinya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional. Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan.

Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim Shufi”. Disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Di tengah-tengah kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.

Kini, Al Habib Husein telah menginjak usia dewasa. Setiap ahli thariqah senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensiarkan islam ke belahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut Habib Husein tidak kekurangan akal, ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melakukan jual-beli di pasar pada setiap hari Jum’at.

Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin.

Walau dengan berat hati, seorang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian puteranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata : “janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia bersama kita.” Akhirnya berangkatlah Al Habib Husein menuju daratan India.

 Kompleks Makam Luar Batang Tempo Doeloe

Sampailah Al Habib Husein di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal kota Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha. Mulailah Habib Husein mensi’arkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya.

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut membawa Rahmatan Lil-Alamin. Karena daerah yang asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi daerah yang subur. Agama Islam pun tumbuh berkembang.

Hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India. Tidak lama kemudian ia melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia Tenggara, hingga sampai di pulau Jawa, dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu.

Batavia adalah pusat pemerintahan Belanda, dan pelabuhannya adalah Sunda Kelapa. Maka tidak heran kalau pelabuhan itu dikenal sebagai pelabuhan yang teramai dan terbesar di jamannya. Pada tahun 1736 M datanglah Al-Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda Kelapa.

Disinilah tempat persinggahan terakhir dalam mensyiarkan Islam. Beliau mendirikan Surau sebagai pusat pengembangan ajaran Islam. Ia banyak di kunjungi bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar Islam atau banyak juga yang datang untuk di do’akan.

Pesatnya pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama Islam ke Habib Husein mengundang kesinisan dari pemerintah VOC, yang di pandang akan menggangu ketertiban dan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya di jatuhi hukuman, dan ditahan di penjara Glodok.



Istilah karomah secara estimologi dalam bahasa arab berarti mulia, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (terbitan balai pustaka, Jakarta 1995, hal 483) menyebutkan karomah dengan keramat, diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam ajaran Islam karomah di maksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugrah Allah karena ketakwaannya, berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau yang kita kenal Habib Luar Batang, seorang wali Allah yang lahir di Jasirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di Pulau Jawa, tepatnya di Jakarta Utara.

1. Menjadi mesin pemintal

Di masa belia, ditanah kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut – Yaman Selatan, Habib Husein berguru pada seorang Alim Shufi. Di hari-hari libur ia pulang untuk menyambang ibunya.

Pada suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang di perintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan husein. Selanjutnya ia sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Si ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas disudut gudang.

Kejadian ini oleh ibunya diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap : “ sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk di perolehnya derajat yang besar disisi-Nya, hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”

2. Menyuburkan Kota Gujarat

Hijrah pertama yang di singgahi oleh Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di kota Surati atau lebih dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda kekeringan dan wabah kolera.

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut di sambut oleh ketua adat setempat, kemudian ia dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat para normal, dan Habib Husein di perkenalkan sebagai titisan Dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu dari bencana.

Habib Husein menyangupi bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama Islam.

Akhirnya mereka di perintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah pembangunan keduanya di selesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam buatan tersebut. Dengan demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.

3. Mengislamkan tawanan

Setelah tatanan kehidupan masyarakat Gujarat berubah dari kehidupan yang kekeringan dan hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan hijrahnya ke daratan Asia Tenggara untuk tetap mensiarkan Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda.

Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari padanya karena di kejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyub ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

Keesokan harinya datanglah pasukan tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut, sambil berkata : “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”

Rupanya ucapan tersebut sangat di dengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya ia memeluk Islam.


4. Menjadi Imam di Penjara

Dalam masa sekejab telah banyak orang yang datang untuk belajar agama Islam. Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan menggangu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan di masukan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan “Seksi Dua.”

Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain.

Polisi penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin shalat bersama-sama para pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan tetap terkunci.

Kejadian tersebut berkembang menjadi buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut, Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.

5. Si Sinyo menjadi Gubernur

Pada suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Disaat mereka beristirahat lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.

Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.

Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia di percaya di angkat menjadi Gubernur Batavia.

6. Cara Berkirim Uang

Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein bahwa kelak akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Di wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.

Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya, Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut. Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya selalu di buang ke laut. Dijawabnya oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.

Gubernur itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang ke laut, walhasil tak satu keeping uang pun diketemukan. Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.

Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang di buang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang sama.

7. Kampung Luar Batang

Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya : “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di kampung baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.

Habib Husein telah di panggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus di kuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang.

Sebagai mana layaknya, jenasah Habib Husein di usung dengan kurung batang (keranda). Ternyata sesampainya di pekuburan jenasa Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya jenasah Habib Husein kembali berada di tempat tinggal semula. Dalam bahasa lain jenasah Habib Husein keluar dari kurung batang, pengantar jenasah mencoba kembali mengusung jenasah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud, namun demikian jenasah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula.

Akhirnya para pengantar jenasah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenasa Habib Husein di tempat yang merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Kemudian orang menyebutnya “Kampung Baru Luar Batang” dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar Batang.”

MAULANAA YAA MAULANAA YAA SAMI' DU'AA ANAA BIHURMAT SAYYID HUSAIN ISTAJIB DU'AAANAA................

Catatan :

Pengalaman masa lampau, tersiar khabar bahwa Al-Habib Husein membuang sejumlah uang ke laut di daerah “Pasar Ikan”. Tidak henti-hentinya para pengunjung menyelami tempat itu. Dengan bukti nyata, mereka mendapatkannya, sedangkan pada waktu itu, untuk dapat bekerja masih sukar di peroleh. Satu-satunya mata pencaharian yang mudah dikerjakan ialah, menyelam di laut. Dengan demikian, bangkitlah keramaian dikawasan kota tersebut, sehingga timbullah istilah “Mencari Duit ke Kota”

Penutup

1. Perayaan-perayaan tahunan di Makam Keramat Luar Batang.
a. Perayaan/peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, pada minggu terakhir di bulan Rabi’ul Awwal.
b. Perayaan/peringatan haulnya Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Keramat Luar Batang pada minggu terakhir di bulan Syawal.
c. Perayaan “akhir ziarah” pada bulan Sya’ban, yaitu pada 3 (tiga) hari atau 7 (tujuh) hari menjelang bulan suci Ramadhan.

2. Sumber Riwayat ini di peroleh dari :

a. Nara Sumber, sesepuh keluarga Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus ialah Almarhumah Syarifah Muznah binti Husein Alaydus, kakak kandung Al-Habib Abu Bakar bin Husein Alaydrus, diceritakan kembali oleh penulis, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan Maghfirah-Nya….Amiin.

b. Diktat sejarah Kampung Luar Batang, oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta/Dinas Museum dan Sejarah, 1982/1983.