PERNIKAHAN SAYYIDINA ALI RA
DENGAN SITI FATIMAH RA
Sesungguhnya Rasulullah SAW
sangat mencintai Siti Fatimah RA. Karena Siti Fatimah RA adalah seorang wanita
yang zuhud dari kehidupan dunyawiyyah. Beliau
juga mengingatkan Rasulullah SAW akan
istrinya tercinta Siti Khodijah RA. Siti Fatimah RA adalah ibunda dari Sayyidina
Hasan RA dan Sayyidina Husain RA, buah hati Rasulullah SAW.
Siti Fathimah RA mempunyai
beberapa nama panggilan yaitu:
1.
Al-Bathuul (Wanita
yang ahli ibadah).
2.
Az-Zahroo’ (Wanita
yang bersinar, indah, bagus dan putih).
3.
Ath-Thoohiroh (Wanita
yang suci dzohir bathin).
4.
Al-Muthohharoh
(Wanita yang disucikan oleh Allah dari segala dosa dan kesalahan).
5.
Faathimah (Wanita
yang terputus dari api neraka).
Pada saat usia Siti Fathimah
RA telah mencapai dewasa, Rasulullah SAW merasa sedih melihatnya. Beliau
berkata dalam hatinya: “Fatimah sudah tidak mempunyai ibu yang akan memelihara
dan menyiapkan pernikahannya”.
Maka Malaikat Jibril turun,
lantas berkata: “Wahai Nabi Muhammad ! As-Salaam (Allah yang maha memberikan
kesejahteraan) memberi salam kepadamu. Allah berfirman: Janganlah engkau
berduka karena Fatimah, sebab Aku lebih mencintainya dibanding kecintaanmu
kepadanya. Serahkanlah urusan pernikahannya kepada-Ku!. Aku akan menikahkannya
dengan orang yang Aku cintai”. Lantas Rasulullah SAW bersujud sebagai pernyataan syukur terhadap
Allah SWT.
Kemudian turunlah Jibril,
Mikail, Isrofil, dan Izroil. Setiap malaikat itu diiringi oleh seribu malaikat.
Setiap malaikat itu membawa baki yang memakai tutup. Mereka meletakkan baki-baki
tersebut di hadapan Rasulullah SAW, maka beliau bertanya: “Apakah ini wahai
Jibril?”.
Jibril AS menjawab: “Sesungguhnya
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Aku telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin
Abi Tholib, dan ini adalah pakaian surgawi dan buah-buahannya. Aku pakaikan ia
dengan pakaian ini dan Aku taburi dengan buah-buahan ini”.
Kemudian Rasulullah SAW
bersujud seraya berkata: “Wahai Jibril sesungguhnya Fatimah rela dengan apa
yang aku relai. Aku suka seandainya hadiah-hadiah ini diberikan di negeri kekal
saja, tidak diberikan di negeri fana’. Akan tetapi Wahai Jibril, Bagaimanakah
gerangan pernikahan Siti Fatimah di langit ?”.
Jibril menjawab: “Wahai Nabi
Muhammad, bahwasanya Allah SWT memerintahkan agar pintu-pintu surga dibuka dan
pintu-pintu neraka ditutup. Kemudian Allah menghiasi Arsy, Kursi, Pohon Thuba,
dan Sidrotul Muntaha. Allah memerintahkan
kepada pelayan-pelayan surga untuk mendirikan kemah di tiap-tiap istana. Pada
tiap-tiap kamar didirikan singgasana-singgasana. Mereka duduk pada Walimatul ‘Arus (Jamuan
Pengantin) Siti Fatimah RA”.
“Allah memerintahkan pula
kepada malaikat muqorrobin, ruhaniyyun dan karuubiyyun untuk berkumpul di bawah
pohon Thuba. Allah menghembuskan angin sepoi-sepoi di dalam surga, maka semerbaklah
dari buah-buahnya, wangi kafur, misik,
dan ambar di sekeliling para malaikat. Lalu Allah menyuruh kepada burung-burung
surga agar bernyanyi, maka burung-burung itu bernyanyi. Sedangkan para bidadari menari-nari,
pohon-pohon menaburkan perhiasan dan permata di sekitar mereka”.
“Setelah itu Allah menyeru,
memuji diri-Nya, dan berfirman: “Sesungguhnya Aku telah menikahkan
Penghulu para wanita dengan Ali bin Abi Tholib RA”. Allah berfirman
kepada Jibril: “Wahai Jibril engkau bertindak sebagai wakil dari Ali, dan
Aku sebagai wakil Rosul-Ku Muhammad SAW”.
“Allah menikahkan Siti
Fatimah RA untuk Ali dan aku (Jibril) menerimanya sebagai wakil dari Ali bin
Abi Tholib. Itulah akad nikahnya yang terjadi di langit. Wahai Nabi Muhammad
SAW akad nikahkanlah kembali olehmu di bumi !”.
Rasulullah SAW
memberitahukan hal itu kepada Sayyidina Ali RA dan juga kepada Siti Fathimah
RA. Kemudian beliau mengumpulkan semua sahabatnya di dalam masjid. Lantas
Jibril AS turun seraya mengatakan: “Sesungguhnya Allah menyuruh Ali agar
membacakan khutbah nikahnya sendiri”.
Lalu Rasulullah SAW meminta
kepada Sayyidina Ali RA supaya membacakan khutbah nikahnya sendiri. Maka Sayyidina
Ali RA berkhuthbah:
“Segala puji bagi Allah Yang
Maha Tunggal di dalam keagungan dan kesempurnaaan. Dia menciptakan manusia dan
membagi-bagi tingkatan makhluk-Nya. Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya dan
makhluk-Nya tidak serupa dengan-Nya. Dia menciptakan hamba-hamba di dalam
negeri-negeri. Allah memberikan ilham kepada mereka agar bertasbih danmemberikan
pujian kepada-Nya. Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Allah menyuruh
hamba-hamba-Nya supaya nikah, maka mereka pun memenuhi perintah-Nya”.
“Segala puji bagi Allah atas
semua nikmat karunia-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah,
suatu kesaksian (syahadat) yang sampai
kepada-Nya, diridhoi-Nya, dan akan menyelamatkan orang yang mengucapkannya pada
hari setiap orang lari dari saudaranya, ibunya, ayahnya, sahabatnya, dan dari
anaknya”.
“Semoga sholawat dan salam
dari Allah tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad An-Nabiyyil Ummiy, yang telah
dipilh dan diridhoi-Nya sebagai penerima wahyu dari-Nya. Semoga Rahmat Allah dilimpahkan
atas keluarga, sahabat dan para pecintanya”.
“Pernikahan ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan diizinkan
oleh Allah. Saya sebagai hamba Allah dan putera hamba-Nya, yang ingin akan
keridhoan Allah, melamar sebaik-baik wanita alam semesta. Saya berikan maskawin
untuknya sebanyak empat ratus dirham dengan tunai tanpa angsuran. Apakah tuan bersedia menikahkan saya
dengannya wahai Rasul Al-Amin sesuai dengan sunnah para rasul?”.
Maka Rasulullah SAW mengucapkan
akad nikah: “Aku kawinkan Fatimah
denganmu wahai Ali, dan Allah pun telah menikahkan, meridhoi, dan memilihmu !”.
Sayyidina Ali menyahut: “Saya terima nikahnya dari Allah dan darimu wahai
Rasulullah”.
Ketika Siti Fathimah RA mendengar
bahwa ayahandanya mengawinkannya dengan maskawin berupa 400 dirham. Beliau
berkata: “Wahai Ayahku, bahwasanya anak perempuan semua orang memilih maskawin
dengan dirham dan dinar, maka apakah bedanya antara orang-orang itu denganmu ? Aku meminta kepada Allah agar maskawinku
adalah hak memberikan syafaat bagi orang-orang yang maksiat di antara umatmu
!”.
Lantas Jibril turun
pada saat itu juga, sambil membawa maskawin berupa secarik
sutera yang yang sudah ditentukan Allah Robbul ‘Alamin.
Secarik sutera itu bertuliskan: “Allah menjadikan maskawin Siti Fathimah Az-
Zahro Putri Nabi Muhammad Al-Musthofa berupa syafaat bagi orang-orang
yang berdosa di antara umatnya”.
Siti Fatimah RA berwasiat,
jika beliau meninggal dunia agar secarik sutera tersebut diletakkan pada
kafannya. Beliau berkata: ”Jika aku dibangkitkan kelak di padang mahsyar, maka
aku akan mengangkat sutera ini dan akan memberikan syafaat bagi umat ayahku”. (Kitab
As Sab’iyyaat Pasal 7)
CATATAN:
MAS KAWIN SITI FATIMAH
Zaman berzaman Fatimah kawin
Ambil penganten di tangan Rosul
Jibril turun bawa maskawin
Ditentukan Allah Robbul ‘Alamin
Abah Sayyid bin Syaikh Abu Bakar Sindang Laut
berkata: “Maskawin Siti Fatimah dimintanya dulu dan diberikannya
sekarang”.
Maksudnya: Maskawin tersebut diminta oleh
Siti Fatimah pada zaman awal (Zaman Nur) dan dibuka pada zaman akhir (Zaman
Muhsin) oleh salah satu Dzuriyat Siti Fatimah yang mendapatkan tugas dari Allah
swt yaitu Sayyidi Syaikhunal Mukarrom Maulana Abah Umar bin Ismail bin Yahya.
Maskawinnya adalah “Siti Fatimah akan
memberikan syafaat untuk umat akhir zaman yang ahli maksiat dan banyak dosanya.
Dengan syarat mereka mau mengikuti salah satu dzuriyah beliau yang mendapat
tugas dari Allah Robbul ‘Alamin yang akan muncul di akhir zaman”.
Wallahu A’lam bish-showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar