Senin, 25 Mei 2015

AL KISAH 007: ZAMAN BERZAMAN FATIMAH KAWIN

AL KISAH 007



PERNIKAHAN SAYYIDINA ALI RA
DENGAN SITI FATIMAH RA

Sesungguhnya Rasulullah SAW sangat mencintai Siti Fatimah RA. Karena Siti Fatimah RA adalah seorang wanita yang zuhud dari kehidupan dunyawiyyah.  Beliau juga mengingatkan Rasulullah SAW  akan istrinya tercinta Siti Khodijah RA. Siti Fatimah RA adalah ibunda dari Sayyidina Hasan RA dan Sayyidina Husain RA, buah hati Rasulullah SAW.

Siti Fathimah RA mempunyai beberapa nama panggilan yaitu:

1.    Al-Bathuul (Wanita yang ahli ibadah).
2.    Az-Zahroo’ (Wanita yang bersinar, indah, bagus dan putih).
3.    Ath-Thoohiroh (Wanita yang suci dzohir bathin).
4.    Al-Muthohharoh (Wanita yang disucikan oleh Allah dari segala dosa dan kesalahan).
5.    Faathimah (Wanita yang terputus dari api neraka).

Pada saat usia Siti Fathimah RA telah mencapai dewasa, Rasulullah SAW merasa sedih melihatnya. Beliau berkata dalam hatinya: “Fatimah sudah tidak mempunyai ibu yang akan memelihara dan menyiapkan pernikahannya”.

Maka Malaikat Jibril turun, lantas berkata: “Wahai Nabi Muhammad ! As-Salaam (Allah yang maha memberikan kesejahteraan) memberi salam kepadamu. Allah berfirman: Janganlah engkau berduka karena Fatimah, sebab Aku lebih mencintainya dibanding kecintaanmu kepadanya. Serahkanlah urusan pernikahannya kepada-Ku!. Aku akan menikahkannya dengan orang yang Aku cintai”. Lantas Rasulullah SAW  bersujud sebagai pernyataan syukur terhadap Allah SWT.

Kemudian turunlah Jibril, Mikail, Isrofil, dan Izroil. Setiap malaikat itu diiringi oleh seribu malaikat. Setiap malaikat itu membawa baki yang memakai tutup. Mereka meletakkan baki-baki tersebut di hadapan Rasulullah SAW, maka beliau bertanya: “Apakah ini wahai Jibril?”.

Jibril AS menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Aku telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Tholib, dan ini adalah pakaian surgawi dan buah-buahannya. Aku pakaikan ia dengan pakaian ini dan Aku taburi dengan buah-buahan ini”.

Kemudian Rasulullah SAW bersujud seraya berkata: “Wahai Jibril sesungguhnya Fatimah rela dengan apa yang aku relai. Aku suka seandainya hadiah-hadiah ini diberikan di negeri kekal saja, tidak diberikan di negeri fana’. Akan tetapi Wahai Jibril, Bagaimanakah gerangan pernikahan Siti Fatimah di langit ?”.

Jibril menjawab: “Wahai Nabi Muhammad, bahwasanya Allah SWT memerintahkan agar pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Kemudian Allah menghiasi Arsy, Kursi, Pohon Thuba, dan Sidrotul Muntaha.  Allah memerintahkan kepada pelayan-pelayan surga untuk mendirikan kemah di tiap-tiap istana. Pada tiap-tiap kamar didirikan singgasana-singgasana.  Mereka duduk pada Walimatul ‘Arus (Jamuan Pengantin) Siti Fatimah RA”.

“Allah memerintahkan pula kepada malaikat muqorrobin, ruhaniyyun dan karuubiyyun untuk berkumpul di bawah pohon Thuba. Allah menghembuskan angin sepoi-sepoi di dalam surga, maka semerbaklah dari buah-buahnya, wangi  kafur, misik, dan ambar di sekeliling para malaikat. Lalu Allah menyuruh kepada burung-burung surga agar bernyanyi, maka burung-burung itu bernyanyi.  Sedangkan para bidadari menari-nari, pohon-pohon menaburkan perhiasan dan permata di sekitar mereka”.

“Setelah itu Allah menyeru, memuji diri-Nya, dan berfirman: “Sesungguhnya Aku telah menikahkan Penghulu para wanita dengan Ali bin Abi Tholib RA”. Allah berfirman kepada Jibril: “Wahai Jibril engkau bertindak sebagai wakil dari Ali, dan Aku sebagai wakil Rosul-Ku Muhammad SAW”.

“Allah menikahkan Siti Fatimah RA untuk Ali dan aku (Jibril) menerimanya sebagai wakil dari Ali bin Abi Tholib. Itulah akad nikahnya yang terjadi di langit. Wahai Nabi Muhammad SAW akad nikahkanlah kembali olehmu di bumi !”.

Rasulullah SAW memberitahukan hal itu kepada Sayyidina Ali RA dan juga kepada Siti Fathimah RA. Kemudian beliau mengumpulkan semua sahabatnya di dalam masjid. Lantas Jibril AS turun seraya mengatakan: “Sesungguhnya Allah menyuruh Ali agar membacakan khutbah nikahnya sendiri”.




Lalu Rasulullah SAW meminta kepada Sayyidina Ali RA supaya membacakan khutbah nikahnya sendiri. Maka Sayyidina Ali RA berkhuthbah:

“Segala puji bagi Allah Yang Maha Tunggal di dalam keagungan dan kesempurnaaan. Dia menciptakan manusia dan membagi-bagi tingkatan makhluk-Nya. Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya dan makhluk-Nya tidak serupa dengan-Nya. Dia menciptakan hamba-hamba di dalam negeri-negeri. Allah memberikan ilham kepada mereka agar bertasbih danmemberikan pujian kepada-Nya. Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Allah menyuruh hamba-hamba-Nya supaya nikah, maka mereka pun memenuhi perintah-Nya”.

“Segala puji bagi Allah atas semua nikmat karunia-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, suatu kesaksian (syahadat) yang  sampai kepada-Nya, diridhoi-Nya, dan akan menyelamatkan orang yang mengucapkannya pada hari setiap orang lari dari saudaranya, ibunya, ayahnya, sahabatnya, dan dari anaknya”.

“Semoga sholawat dan salam dari Allah tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad An-Nabiyyil Ummiy, yang telah dipilh dan diridhoi-Nya sebagai penerima wahyu dari-Nya. Semoga Rahmat Allah dilimpahkan atas keluarga, sahabat dan para pecintanya”.

“Pernikahan ini  sesuai  dengan apa yang telah ditetapkan dan diizinkan oleh Allah. Saya sebagai hamba Allah dan putera hamba-Nya, yang ingin akan keridhoan Allah, melamar sebaik-baik wanita alam semesta. Saya berikan maskawin untuknya sebanyak empat ratus dirham dengan tunai tanpa angsuran.  Apakah tuan bersedia menikahkan saya dengannya wahai Rasul Al-Amin sesuai dengan sunnah para rasul?”.

Maka Rasulullah SAW mengucapkan akad nikah: “Aku kawinkan  Fatimah denganmu wahai Ali, dan Allah pun telah menikahkan, meridhoi, dan memilihmu !”. Sayyidina Ali menyahut: “Saya terima nikahnya dari Allah dan darimu wahai Rasulullah”.

Ketika Siti Fathimah RA mendengar bahwa ayahandanya mengawinkannya dengan maskawin berupa 400 dirham. Beliau berkata: “Wahai Ayahku, bahwasanya anak perempuan semua orang memilih maskawin dengan dirham dan dinar, maka apakah bedanya antara orang-orang itu denganmu ?  Aku meminta kepada Allah agar maskawinku adalah hak memberikan syafaat bagi orang-orang yang maksiat di antara umatmu !”.

Lantas Jibril turun pada saat itu juga, sambil membawa maskawin berupa secarik sutera yang yang sudah ditentukan Allah Robbul ‘Alamin. Secarik sutera itu bertuliskan: “Allah menjadikan maskawin Siti Fathimah Az- Zahro Putri Nabi Muhammad Al-Musthofa berupa syafaat bagi orang-orang yang berdosa di antara umatnya”.

Siti Fatimah RA berwasiat, jika beliau meninggal dunia agar secarik sutera tersebut diletakkan pada kafannya. Beliau berkata: ”Jika aku dibangkitkan kelak di padang mahsyar, maka aku akan mengangkat sutera ini dan akan memberikan syafaat bagi umat ayahku”. (Kitab As Sab’iyyaat Pasal 7)

CATATAN:

MAS KAWIN SITI FATIMAH

Zaman berzaman Fatimah kawin
Ambil penganten di tangan Rosul
Jibril turun bawa maskawin
Ditentukan Allah Robbul ‘Alamin

Abah Sayyid bin Syaikh Abu Bakar Sindang Laut berkata: “Maskawin Siti Fatimah dimintanya dulu dan diberikannya sekarang”.

Maksudnya: Maskawin tersebut diminta oleh Siti Fatimah pada zaman awal (Zaman Nur) dan dibuka pada zaman akhir (Zaman Muhsin) oleh salah satu Dzuriyat Siti Fatimah yang mendapatkan tugas dari Allah swt yaitu Sayyidi Syaikhunal Mukarrom Maulana Abah Umar bin Ismail bin Yahya.

Maskawinnya adalah “Siti Fatimah akan memberikan syafaat untuk umat akhir zaman yang ahli maksiat dan banyak dosanya. Dengan syarat mereka mau mengikuti salah satu dzuriyah beliau yang mendapat tugas dari Allah Robbul ‘Alamin yang akan muncul di akhir zaman”.

Wallahu A’lam bish-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar