AL KISAH 001
SAYYID UTSMAN
Nama lengkapnya adalah
Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi. Ibunya adalah Aminah
binti Syekh Abdurrahman Misri, lahir di pekojan Jakarta Utara pada 17 Robi’ul
Awal 1238 H/1822 M.
Beliau berguru pada
beberapa syekh yaitu pada kakeknya Syekh Abdurrahman Misri di makkah, kepada
Habib Abdullah bin Husain bin Thohir dan
kepada Habib Abdullah bin Umar bin Yahya , dan juga kepada Habib Ali bin Segaf
Al-Jufri di Hadramaut. Disamping itu beliau menuntut ilmu ke Mesir, Tunisia,
Al-Jazair, Persia, Turki, dan Siria, dan setelah itu kembali kejakarta pada
tahun 1862 M.
Beliau adalah ulama
besar yang jarang tandingannya dizamannya dan disegani oleh kalangan muslim
dinusantara dan Arabia, beliau dimasyhurkan dengan nama “Mufti Batavia atau
Mufti Betawi”.
Beliau selain mengajar
syariat islam juga menyusun kitab-kitab agama yang banyak tersebar luas ditanah
jawa, lebih dari 80 buah kitab karangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman. Kitab-kitab beliaupun banyak
yang dijadikan reverensi pada berbagai
pengajian, khususnya pada masyarakat betawi. Pada zaman belanda salah satu
kitab beliau pun dijadikan salah satu pedoman pengambilan keputusan pada pengadilan
agama.
Disamping itu beliau aktif
didalam berdakwah dan mendidik ummat walaupun masih dalam penjajahan belanda
sehingga beliau memiliki banyak murid yang tersebar dipeloksok Jakarta dan
sekitarnya, boleh dikatakan bahwa pada umumnya ulama-ulama dan habaib Jakarta
adalah berasal dari murid beliau, sehingga beliau pantas diberi gelar “Guru
dari para guru”.
Salah satu keramatnya
adalah untuk menentukan arah kiblat suatu bangunan masjid, maka beliau cukup
hanya dengan menunjuk dengan jari telunjuknya, maka seluruh orang yang
berkumpul akan dapat melihat ka’bah. Sehingga arah kiblatnyapun tidak ada
keragu-raguan.
Dalam hubungannya dengan
pihak pemerintah Belanda di Jakarta,
beliau bersikap moderat dan diplomatis demi kepentingan ummat islam, maka tidak
heran sesuai dengan kapasitas keilmuannya beliau diangkat sebagai mufti
Batavia untuk mengurusi persoalan
perdata kaum muslimin di Jakarta pada waktu itu.
Beliaupun sering
melakukan korespondensi dengan ulama di Arabia, diantaranya dengan Syekh Yusuf
bin Isma’il An-Nabhani dari Lebanon.
Beliau wafat pada tahun
1923 M dan dimakamkan di pemakaman Karet Tanah Abang Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar