SAYYID HUSAIN:
Al Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus
(Habib Keramat Luar Batang)
(wikipedia.com)
Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya di
daerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Ia dilahirkan sebagai anak yatim, yang
dibesarkan oleh seorang ibu dimana sehari-harinya hidup dari hasil memintal
benang pada perusahaan tenun tradisional. Husein kecil sungguh hidup dalam
kesederhanaan.
Setelah
memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim
Shufi”. Disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Di tengah-tengah
kehidupan di antara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki
perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.
Kini,
Al Habib Husein telah menginjak usia dewasa. Setiap ahli thariqah senantiasa
memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensiarkan islam ke
belahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut Habib Husein tidak
kekurangan akal, ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang
melakukan jual-beli di pasar pada setiap hari Jum’at.
Setelah
dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak
ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin.
Walau
dengan berat hati, seorang ibu harus melepaskan dan merelakan kepergian
puteranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata :
“janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia bersama kita.” Akhirnya berangkatlah
Al Habib Husein menuju daratan India.
Kompleks Makam Luar Batang Tempo Doeloe
Sampailah
Al Habib Husein di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal kota
Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha. Mulailah Habib Husein
mensi’arkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya.
Kedatangan
Habib Husein di kota tersebut membawa Rahmatan Lil-Alamin. Karena daerah yang
asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi
daerah yang subur. Agama Islam pun tumbuh berkembang.
Hingga
kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di
India. Tidak lama kemudian ia melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia
Tenggara, hingga sampai di pulau Jawa, dan menetap di kota Batavia, sebutan
kota Jakarta tempo dulu.
Batavia
adalah pusat pemerintahan Belanda, dan pelabuhannya adalah Sunda Kelapa. Maka
tidak heran kalau pelabuhan itu dikenal sebagai pelabuhan yang teramai dan terbesar
di jamannya. Pada tahun 1736 M datanglah Al-Habib Husein bersama para pedagang
dari Gujarat di pelabuhan Sunda Kelapa.
Disinilah
tempat persinggahan terakhir dalam mensyiarkan Islam. Beliau mendirikan Surau
sebagai pusat pengembangan ajaran Islam. Ia banyak di kunjungi bukan saja dari
daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar
Islam atau banyak juga yang datang untuk di do’akan.
Pesatnya
pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama Islam ke Habib
Husein mengundang kesinisan dari pemerintah VOC, yang di pandang akan menggangu
ketertiban dan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut
utamanya di jatuhi hukuman, dan ditahan di penjara Glodok.
Istilah
karomah secara estimologi dalam bahasa arab berarti mulia, sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia (terbitan balai pustaka, Jakarta 1995, hal 483)
menyebutkan karomah dengan keramat, diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu
di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam
ajaran Islam karomah di maksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti
kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. Karomah merupakan tanda-tanda
kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugrah Allah karena
ketakwaannya, berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Al Habib
Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau yang kita kenal Habib Luar Batang, seorang
wali Allah yang lahir di Jasirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di Pulau
Jawa, tepatnya di Jakarta Utara.
1. Menjadi mesin pemintal
Di
masa belia, ditanah kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut – Yaman Selatan,
Habib Husein berguru pada seorang Alim Shufi. Di hari-hari libur ia pulang
untuk menyambang ibunya.
Pada
suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar
ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib
Husein segera menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang
di perintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi
hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang
disediakan masih utuh belum dimakan husein. Selanjutnya ia sangat kaget melihat
hasil pintalan benang begitu banyaknya. Si ibu tercengang melihat kejadian ini.
Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang
seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari
semalam, padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas disudut
gudang.
Kejadian
ini oleh ibunya diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein.
Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap : “ sungguh Allah
berkehendak pada anakmu, untuk di perolehnya derajat yang besar disisi-Nya,
hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah
segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”
2. Menyuburkan Kota Gujarat
Hijrah
pertama yang di singgahi oleh Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di
kota Surati atau lebih dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota
mati karena dilanda kekeringan dan wabah kolera.
Kedatangan
Habib Husein di kota tersebut di sambut oleh ketua adat setempat, kemudian ia
dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat para normal, dan Habib
Husein di perkenalkan sebagai titisan Dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu
dari bencana.
Habib
Husein menyangupi bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan merubah negeri ini
menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua
kalimat syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga
mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama Islam.
Akhirnya
mereka di perintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah
pembangunan keduanya di selesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan
yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah
yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah
penyakit dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam buatan tersebut. Dengan
demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan
masyarakatnya menjadi sejahtera.
3. Mengislamkan tawanan
Setelah
tatanan kehidupan masyarakat Gujarat berubah dari kehidupan yang kekeringan dan
hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib
Husein melanjutkan hijrahnya ke daratan Asia Tenggara untuk tetap mensiarkan
Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu
hidup dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda.
Pada
suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari
padanya karena di kejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyub ia meminta
perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah
kapal dagang Tionghoa.
Keesokan
harinya datanglah pasukan tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk
menangkap tawanan yang dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut,
sambil berkata : “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”
Rupanya
ucapan tersebut sangat di dengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan
akhirnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga
akhirnya ia memeluk Islam.
4. Menjadi Imam di Penjara
Dalam
masa sekejab telah banyak orang yang datang untuk belajar agama Islam. Rumah
Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir
mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan menggangu
keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap
dan di masukan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan
sebutan “Seksi Dua.”
Rupanya
dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang
sempit, sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan
yang lain.
Polisi
penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam melihat Habib Husein
menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin shalat bersama-sama para
pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Akan
tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat
Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan
tetap terkunci.
Kejadian
tersebut berkembang menjadi buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan
segala pertimbangan akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan
tersebut, Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.
5. Si Sinyo menjadi Gubernur
Pada
suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa yang telah
berubah nama Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Disaat mereka
beristirahat lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib
Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakan tangannya ke dada anak
Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.
Dengan
cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda
tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa
kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.
Seiring
berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri
Belanda. Kemudian setelah lulus ia di percaya di angkat menjadi Gubernur
Batavia.
6. Cara Berkirim Uang
Gubernur
Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein bahwa kelak
akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya
Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia.
Di wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan
diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.
Akhirnya
Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang
itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang
berikutnya, Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut.
Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang
pemberiannya selalu di buang ke laut. Dijawabnya oleh Habib Husein bahwa uang
tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.
Gubernur
itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung
uang yang di buang ke laut, walhasil tak satu keeping uang pun diketemukan.
Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran
kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk
bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.
Sekembalinya
dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib
Husein telah menerima sejumlah uang yang di buang ke laut tersebut pada hari
dan tanggal yang sama.
7. Kampung Luar Batang
Gubernur
Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan
Habib Husein. Jawabnya : “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan
tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di kampung
baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.
Habib
Husein telah di panggil dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40
tahun. Meninggal pada hari kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan
tanggal 27 Juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap
orang asing harus di kuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang.
Sebagai
mana layaknya, jenasah Habib Husein di usung dengan kurung batang (keranda).
Ternyata sesampainya di pekuburan jenasa Habib Husein tidak ada dalam kurung
batang. Anehnya jenasah Habib Husein kembali berada di tempat tinggal semula.
Dalam bahasa lain jenasah Habib Husein keluar dari kurung batang, pengantar
jenasah mencoba kembali mengusung jenasah Habib Husein ke pekuburan yang
dimaksud, namun demikian jenasah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke
tempat tinggal semula.
Akhirnya
para pengantar jenasah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenasa Habib
Husein di tempat yang merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Kemudian orang
menyebutnya “Kampung Baru Luar Batang” dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar
Batang.”
MAULANAA YAA MAULANAA YAA SAMI' DU'AA ANAA BIHURMAT SAYYID HUSAIN ISTAJIB DU'AAANAA................
MAULANAA YAA MAULANAA YAA SAMI' DU'AA ANAA BIHURMAT SAYYID HUSAIN ISTAJIB DU'AAANAA................
Catatan :
Pengalaman
masa lampau, tersiar khabar bahwa Al-Habib Husein membuang sejumlah uang ke
laut di daerah “Pasar Ikan”. Tidak henti-hentinya para pengunjung menyelami
tempat itu. Dengan bukti nyata, mereka mendapatkannya, sedangkan pada waktu
itu, untuk dapat bekerja masih sukar di peroleh. Satu-satunya mata pencaharian
yang mudah dikerjakan ialah, menyelam di laut. Dengan demikian, bangkitlah
keramaian dikawasan kota tersebut, sehingga timbullah istilah “Mencari Duit ke
Kota”
Penutup
1.
Perayaan-perayaan tahunan di Makam Keramat Luar Batang.
a.
Perayaan/peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, pada minggu terakhir di
bulan Rabi’ul Awwal.
b.
Perayaan/peringatan haulnya Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Keramat Luar
Batang pada minggu terakhir di bulan Syawal.
c.
Perayaan “akhir ziarah” pada bulan Sya’ban, yaitu pada 3 (tiga) hari atau 7
(tujuh) hari menjelang bulan suci Ramadhan.
2. Sumber Riwayat ini di peroleh dari :
a.
Nara Sumber, sesepuh keluarga Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus ialah
Almarhumah Syarifah Muznah binti Husein Alaydus, kakak kandung Al-Habib Abu
Bakar bin Husein Alaydrus, diceritakan kembali oleh penulis, semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan Maghfirah-Nya….Amiin.
b.
Diktat sejarah Kampung Luar Batang, oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta/Dinas Museum dan Sejarah, 1982/1983.