Senin, 01 Juni 2015

AL KISAH 012 : NYI MAS AYU GANDASARI (KE 3 DARI 5)


NYI MAS AYU GANDASARI:
SRIKANDI SYAHADAT
(KISAH KE – 3 DARI 5)
 
Medan Sayembara disiapkan di lapangan Panguragan. Umbul-umbul dan aneka hiasan meramaikan suasana sayembaya. Para peserta sayembara dari 25 negara dan para pengiringnya sudah hadir. Demikian juga rakyat Cirebon dan sekitarnya hadir. Sehingga pinggir lapangan dipenuhi pengunjung.

Bunga Melati : Putih dan Wangi
 
Nyi Mas Ayu Gandasari memasuki arena sayembara yang sudah diberi garis pembatas. Keluarlah seorang putri yang cantik, indah dan gemerlap laksana bidadari yang turun dari surga. Harum semerbak nan wangi tercium bagaikan bau harum bunga melati. Orang-orang dari 25 negara demi melihat sang putri terlongong-longong matanya tidak berkedip.

Nyi Mas Ayu Gandasari menantang para peserta sayembara: "Hai orang-orang 25 negara. Rebutlah tubuhku. Barang siapa yang bisa menangkapnya sungguh jantan. Unggulilah kesaktianku niscaya aku mengabdi kepadanya". Para peserta sayembara dari 25 negara serentak saling berebut mendahului untuk menangkap Sang Putri. Sang Putri siap siaga.

Dengan gugup Ki Gedeng Plered berusaha menangkapnya, sang putri melesat ke atas. Ki Gedeng Plered ditendang jatuh terjengkang. Ki Gedeng Plumbon melambai-lambai sambil merayu "Dinda turunlah sini biar dituntun kakanda. Sepanjang umur kanda siap hidup bersama". Sang Putri turun sambil mendupak Ki Gedeng Plumbon jatuh terjengkang berguling di tanah. Diinjak perutnya yang buncit. Aduuhhh.

Ki Ujung Gebang Pendekar sakti dari Gebang mencoba menubruk Gandasari tapi meleset. Karenanya jatuh tengkurap. Ki Gedeng Kandanggaru menyandak, Gandasari melesat. Ia dikejar sampai pedesaan. Gandasari masuk ke dalam hutan, seluruh dedaunan dan pepohonan yang tersentuh akan berbau harum. Sebab harumnya Nyi Mas Gandasari melebih harumnya bunga atau minyak wangi. Karena tubuhnya harum memakai kembang dari para Aruman (Jin Ifrit).

Dinamakanlah hutan tersebut dengan nama Wanasari (artinya: hutan dengan kembang yang wangi, sekarang ada di Bangodua Indramayu). Gandasari lari ke pesawahan. Ki Gedeng Kandanggaru berusaha memegang tapi tidak kunjung kena. Akhirnya dia terserimpet oleh padi merah lalu jatuh dengan kepala nyungsep ke sawah. Sang Putri Gandasari meledek.

Ki Gedeng pulang karena malu sambil berkata "Jangan sekali-kali anak cucuku menanam padi merah karena aku mendapat malu karena padi merah". Sang Putri kembali ke gelanggang. Orang-orang ramai gegap gempita berjubel-jubel.

Seorang Putra Dalem dari Indramayu yang bernama Satria Indrakusuma meluncurkan anak panah yang diujungnya ada surat cinta kepada Nyi Mas Gandasari. Anak panah dilepaskan, dengan sigap anak panah tersebut ditangkis. Ia mengetahui tulisan yang ada di anak panah tersebut. Sang Putri membalas melepaskan anak panah secepat kilat mengenai tubuh Satria Indrakusuma. Karenanya ia jatuh berguling di tanah dengan disuraki gemuruh. Saking malunya, orang-orang Indramayu semuanya mengundurkan diri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar